I.
DESKRIPSI
Setelah
mempelajri materi ini, Anda dapat memahami dan mengaplikasikan berbagai
pendekatan dalam manajemen kelas dalam pelaksanaan pembelajaran di SD, ilmu
yang anda terima adalah sebagai modal seorang guru untk melaksanakan
pembelajaran dengan tepat, mengajar di SD beda dengan mengajar di tingkat yang
lebih tinggi karena di SD adalah merupakan penanaman pundasi ilmu kepada
peserta didik untuk lanjut ke tingkat yang lebih tinggi karena suasana kelasnya
rata-rata gaduh tidak mau tenang sehingga kadang-kadang guru sulit untuk
memulai pembelajaran dengan tepat waktu karena menunggu tenangnya kelas untuk
memulai pembelajaran, sehingga guru SD dituntut untuk memiliki keserdasan
pengasaan berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.
II.
TUJAUN PEMBELAJARAN
Setelah
anda mempelajari materi 2 ini, anda dapat menjelaskan jrnis-jenis pendekatan dalam manajemen kelas
III.
URAIAN
MATERI
IV. BERBAGI PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS DI SD
Berikut beberapa contoh pendekatan dalam manajemen kelas yang maksudnya
untuk agar guru dan calon guru lebih memahami kekuatan dan kelemahan yang ada
pada setiap pendekatan sehingga guru
dapat menggunakan pendekatan tersebut dengan tepat sesuai dengan kondisi
kelas yang di hadapinya
Ditinjau dari metode pendekatannya,secara garis besar bimbingan
dapat dibedakan dalam dua cara yaitu:
A.
TEKNIK
PENFEKATAN SECARA INDIVIDUAL
Teknik pendidikan secara individual,yaitu
bimbingan yang diberikan secara individual atau perseorangan.hal tersebut
sering dikenal dengan istilah”individual conseling” karena pembimbingan
tersebut dilakukan secara individual.Imam Sholihin,(2010), (online)
Latar
belakang warga belajar pada pendidikan kesetaraan sangat heterogen, hal
tersebut dikarenakan sasaran pendidikan kesetaraan adalah mereka (warga
masyarakat) yang tidak terlayani oleh pendidikan formal memiliki banyak factor
yang mempengaruhinya. Drop out dan tamat tetapi tidak melanjutkan biasanya
disebabkan oleh banya k factor, antara lain: factor ekonimi, social,
keterbelakangan, dan bahkaan factor demokrafi. Selain factor tersebut, lamanya
seseorang tidak bersekolah (jalir formal) kemudian diajak kembali untuk
bersekolah (belajar) melalui jalur yang berbeda (non-formal) akan sangat
mempangaruhi terhadap semangat belajar warga belajar.
Kesulitan belajar sering kali menjadi penyebab
rendahnya prestasi belajar, ketidak mampuan warga belajar mengembangkan potensi
dirinya dapat memungkinkan warga belajar menjadi putus asa. Ada beberapa
penyebab terjadinya keesulitan dalam belajar, antara lain:
a. Kesulitan
mempersepsikan, berpikir, dan mengingat yang berkenan dalam proses
pembelajaran.
b. Adanya
minimal brain dysfuncation namun tidak berhubungan dengan tingkat integensi
atau kerusakan fisik alat indra.
c. Setting
lingkungan belajar yang berakibat munculnya kesulitan peserta didik dalam
menerima materi prlajaran.
Mengatasi
kesulitan belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan untuk dapat
meningkatkan kompotensi warga belajar. hal tersebut dapat dilakukan melalui
setting lingkungan, penggunaan metode belajar yang variatif dan pendekatan
pembelajaran secara individu. Peranan tutor dalam pengembangan potensi diri
warga belajar ditentukan oleh kemampuan tutor tersebut memahami larat belakang
warga belajarnya dan menemukan penyebab kesukaran belajar yang dihadapinya,
selain penguasaan materi pelajaran.
Upaya
yang harus dilakukan seorang tutor dalam hal ini adalah tutor harus melakukan
pendekatan individu akar permasalahannya dan solusi permasalahan kesulitan
belajar bagi warga belajarnya. Melalui pendekatan pembelajaran secara
individual ini dapat melakukan pola pembelajaran yang menyenangkan untuk
mengurangi kebosanan warga belajar, serta mampu membangkitkan motivasi belajar
pada akhirnya warga belajar dapat
mengembangkan potensi dirinya sendiri. Aldisar Qomara, (2010), online
B.
TEKNIK
PENDEKATAN SECARA KELOMPOK
Teknik pedekatan
secara kelompok,yaitu bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok terhadap
sejumlah individu sehingga beberapa orang atau
individu sekaligus dapat menerima bimbingan yang di maksudkan.
Premesi utama
yang mendasari pendekatan proses kelompok di dasari pada asumsi-asumsi berikut:
1.
Kehidupan sekolah berlangsung dan lingkungan kelompok,
yakni kelompok kelas.
2.
Tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina
kelompok kelas yang efektif dan produktif
3.
Kelompok kelas adalah suatu system social yang
mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua system social.
4.
Pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang sudah menunjang terciptanya suasana belajar yang
menguntungkan.
.(Dalamhttp://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas.html)
Pendekatan
proses kelompok didasarkan pada asumsi – asumsi berikut:
1.
Kehidupan
sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
2.
Tugas
pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan
produktif.
3.
Kelompok
kelas adalah suatu system social yang mengandung ciri – ciri yang terdapat pada
semua system social.Pengelolaan siswa oleh guru adalah menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang
menguntungkan.
Menurut Schmuck dan Weber (1986)
mengemukakan 6 ciri pendekatan proses kelompok, yaitu:
1.
Harapan
adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu
sama lain.
2.
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju
pencapian tujuannya serta memelihara dan / atau meningkatkan kepaduan.
3.
Daya
tarik menunjuk pada pola – pola persahabatan dalam kelompok kelas.
4.
Norma
adalah pengharapan bersama mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara
berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar
pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota
memahami orang lain.
5.
Komunikasi,
baik verbal maupun non – verbal adalah dialog antara anggota – anggota
kelompok, komunikasi yang efektif berarti menerima pesan dan menafsirkan dengan
tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan.
6.
Keterpaduan
menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai
kelompok kelasnya.
7.
Keterpaduan
menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.
C.
Pedekatan
Yang Lain Pada Manajemen Kelas
Disamping pendekatan individual dan pemdekatan kelompok dalam manajemen
kelas maka, ada beberapa pendekatan yang lain dalam manajemen kelas yang yang
perlu difahami dan dikuasai oleh guru dan calon guru yang sangat membantu guru
untuk melaksanakan proses pembelajaran khususnya di SD. Pada dasarnya sistem
pembelajaran yang dianut disekolah dasar sangat tergantung pada pendekatan dan
metode yang digunakan. Djamarah (2006) Adapun
pendekatan berbagai pendekatan lain tersebut adalah seperti dalam uraian
berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas.
2.
Pendekatan Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.
Pendekatan Resep atau buku masak
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan
guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
Pendekatan buku masak merupakan pendekatan
berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal harus dilakukan atau yang tidak
harus di lakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas.pendekatan
ini cenderung menumbuhkan sikap relatif pada diri guru dalam manejemen kelas.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya,
pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik,
dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Pendekatan
pengubah prilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaiorisme.prinsip
utama yang mendasari pendektan ini adalah prilaku merupakan hasil proses
belajar.
Sesuai dengan namanya,
pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik
dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan ini bertolak dari sudut
pandang bihavioral yang mengemukakan asumsi bahwa :
a.
Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil
proses belajar asumsi ini mengharuskan wali / guru kelas berusaha menyusun
program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang
memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang menurut ukuran norma yang
berlaku dilingkungan sekitarnya.
b.
Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang
fundamental berupa penguatan positif (positive re inforcement) hukuman
penghapusan (extinction) dang penguatan negatif (negative reinforcement) asumsi
ini mengharuskan seorang wali / guru melakukan usaha mengulang-ulangi program
atau kegiatan yang dinilai baik (merangsang) bagi terbentuknya tingkah laku
tertentu terutama dikalangan siswa.
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan
ini berakar pada pisikologi penyuluhan klinikal dank arena itu memberikan arti
yang sangat penting pada hubungan antara pribadi dan pendekatan ini dibangun
atas dasar asumsi bahwa manajemen keelas yang efektif sangat tergantung pada
hubungan positif antara guru dengan siswa. P,endekatan ini memendang bahwa
pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hungan yang baik antara
pengajar dan pembelajaran. Maman Rakhman (;2005).
Dalam
pendekatan ini,peran guru adalah mendorong perkembangan dankerjasama
kelompok.pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan gura
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjags kondisi itu agar
tetap baik.. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut juga dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan. (Djamarah, 2006:179). Dalam manajemen kelas guru bertugas
membangun hubungan antar pribadi yang positif sehingga tercipta iklim
sosio-emosional yang positif pula.
Menurut Rogers, kelancarran proses belajar yang
sangat penting tergantung kepada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan
pribadi antara guru dengan peserta didik. Rogers mengidentifikasi beberapa
sikap, yaitu kelulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh
perhatian, mempercayai, dan pengertian empatik. Sedangkan
Menurut Ginott (1972) menekankan pentingnya
komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan antara guru dengan siswa
dengan cara berbicara sesuai dengan situasi. Apabila ada perilaku siswa yang
tidak dikehendaki, guru menasehati agar menerankan apa yang dilihatnya,
menjelaskan apa yang dirasakannya dan menerangkan apa yang perlu dilakukan.
Menurut Glasser, (1969), menekankan pentingnya
keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebut terapi
kenyataan. Perilaku siswa yang menyimpan adalah buah kegagalannya mengembangkan
keberadaan dirinya. Glasser mengemukakan 8 langkah untuk membantu mengubah perilaku
menyimpan peserta didik, yaitu:
1.
Melibatkan dirinya dengan siswanya
dengan menunjukkan kesediaanya membantu siswa, memecahkan masalah.
2.
Memberikan uraian tentang perilaku
siswa.
3.
Membantu siswa membuat pendapat tentang
perilakunya yang menjadi masalah.
4.
Membantu siswa merencanakan tindakan
yang lebih baik.
5.
Membimbing siswa
6.
Mendorong siswa untuk melaksanakan
rencananya
7.
Tidak menerima pernyataan maaf siswa
apabila rencana siswa gagal.
8.
Memberikan kesempatan kepada siswa
merasakan akibat wajah dari perilakunya yang menyimpang.
Menurut
Dreikusr (1982), mengemukakan gagasan-gagasan penting yang memenuhi implikasi bagi manajemen kelas yang
efektif, yaitu;
1.
Penekanan pada kelas yang demokratis
dengan kondisis siswa dengan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses
maupun dalam langkah maju.
2.
Pengakuan akan pengaruh konsekuensi
wajar dan logis dari perilaku siswa.
(Rogers, Ginott,
Glasser, Dreikurs, Manajemen kelas,<on line>)
8.
Pendekatan Elektik
Dua syarat yang perlu dikuasai
oleh guru dalam menerapkan pendekatan elektik yaitu :
a.
Menguasai pendekatan-pendekatan
manajemen kelas yang potensial seperti perubahan prilaku dan proses kelompok.
b.
dapat memilih pendekatan yang tepat dan
melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah menejemen kelas.
Kesimpulannya adalah bahwa kemampuan
guru memilih manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya
menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya.
Menurut Wilford A. Weber menyatakan bahwa
pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai
pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan
yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan / psikologis dinilai benar,
yang bagi guru merupakan sumber pemilihan. Perilaku pengelolaan tertentu yang
sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik.
Hal yang perlu dikuasai oleh seorang guru
dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu:
1.
Menguasai
pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan
perilaku, penciptaan iklim sosio –
emosional, dan proses kelompok.
2.
Dapat
memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai baik dalam masalah manajemen
kelas.(wilford A.Weber, manajemen kelas, (online)
9.
Pendekatan Analitik Pluralistik
Berbeda dengan pendekatan eklektik,
pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi
manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan yang
mempunyai potensi terbesar mampu menanggulangi masalah manajemen kelas dalam
situasi yang telah dianalisis.
Ada emapt tahap pendekatan analitik pluralistic:
1.
Menentukan kondisi kelas yang diinginkan.Dalam
hal ini, guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi – kondisi yang menurut
penilaianya akan memungkinkan mengajar secara efektif.Keuntungan dari
pendekatan ini adalah:
a.
Guru
tidak memandang kelas semata – mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang
timbul.
b.
Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang
mengarahkan dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.
2.
Menganalisis
kondisi kelas yang nyata.Dengan mengadakan analisis ini, akan memungkinkan guru
mengetahui:
a.
Kesenjangan
antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.
b.
Kesenjangan
yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan.
c.
Kondisi
sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap kurang baik.
3.
Memilih
dan menggunakan strategi pengelolaan.Guru yang efektif adalah guru yang
menguasai berbagai strategi manajerial yang tergantung dalam berbagai
pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan menggunakan strategi yang
paling sesuai dalam situasi tertentu yang dianalisis sebelumnya.
4.
Menilai
keefektifan pengelolaan
Proses penilaian ini memusatkan
perhatian kepada 2 perangkat perilaku, yaitu:
a. Perilaku guru yaitu sejauh mana guru
telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dan dilakukan.
b. Perilaku peserta didik yaitu sejauh
mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan
apa – apa yang diharapkan untuk dilakukan.
Kesimpulannya ,Seorang guru adalah
tenaga profesional yang berperan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja
berdasarkan pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Guru harus
memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan
dalam manajemen kelas supaya bisa menyesuaikan sehingga dapat mengangani kasus
manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.Maman Rakhman (1999)
10.
Pendekatan
penguatan
Teori
pengubahan menyatakan bahwa penguatan prilaku tertentu sejalan dengan usaha
belajar yang hasilnya memperoleh ganjaran.perilaku yang diperbuat berupa
prilaku yang disukai.prilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk
diteruskan.umumnya penguatan diberikan kepada pembelajaran yang menampilkan
tingkah laku yang baik dengan harapan agar prilaku tertentu yang dikuasai
pembelajaran disebut penguatan positif,sebaliknya penguatan dengan jalan
mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak
memberi hasil kepada diri pembelajaran disebut penguatan negatif.
D. PENDEKATAN
PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF
Manajemen kelas biasa juga di sebut dengan pengelolaan
kelas, pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu; pengelolaan dan kelas,
pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe”dan
akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”, Manajemen
adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu manajemen yaitu
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Djamarah,(2006)
Pengelolaan
kelas terdiri dari dua kata yaitu” pengelolaan dan kelas”. Pengelolaan itu
sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”
istilah lain dari kata pengelolaan adalah “management”, yang berarti
ketalaksanaan, tata pimpinan, pen gelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum menurut Suharsini arikunto pengadministrasian, pengaturan atau
penataan suatu kegiatan.Suharsini Arikunto, (2004)
1.
Pengaturan
Siswa
Abu Hamid dan Widodo Supriono (1991) melihat siswa
sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya
terletak pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Perbedaan dan
persamaan yang dimaksud diantaranya adalah:
a.
Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan
b.
Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
c.
Persamaan dan perbedaan dalam bakat
d.
Persamaan dan perbedaan dalam sikap
e.
Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
f.
Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola
dan tempo perkembangan.
Berbagai
persamaan dan perrbedaan siswa diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan
siswa dikelas tertutama berhububgan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan
siswa guna menciptakan lingkungan yang efektif dan kreatif.
Kegiatan
belajar mengajar dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek
individu siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek individu
siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh siswa,
dimana menempatkan siswa yang mempunyai postu tubuh tinggi atau rendah, dimana
menempatkan siswa yang memiliki kelainanj penglihatan dan pendengaran, jenis
kelamin siswa perlu juga dijadikan pertimbangan dalam pengelompokan siswa.
Siswa yang cerdas, lincah, bodoh,
pendiam, yang suka membuat keributan,
suka mengganggu temannya dan sebagainya. Sebaiknya dipisah agar kelompok tidak
didomoinasi oleh suatu kelompok tertentu agar bersaingan dalam belajar berjalan
seimbang.
Kelas merupakan taman taman belajar bagi
siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya
potensi intelektual dan emosional. Syarat-syarat atau indikor kelas yang baik
adalah:
a.
Rapi, bersih, sehat, tidak lembab,
b.
Cukup cahaya yang meneranginya,
c.
Sirkulasi udara cukup
d.
Perabot dalam kelas baik, cukup
jumlahnyadan ditata dengan rapi
e.
Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang
(Dirjen PUOD dan Dirjen Dikddasmen, (1996)
2.
Prinsip
Kelas yang Efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang
daapaat membawa belajar yang efektif.Untuk dapat mengajar secara efektif guru
harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar. Mursel
dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar yang apabila ke-enam prinsip
mengajar itu tidak digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka iklim
belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan
dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah senbagai berikut:
a. Konteks
`situasi
problematic yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam
kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan
siswa menjadi peserta yang aktif justru karena tujuan itu sendiri.
Ciri-ciri
konteks yang baik adalah:
1)
Dapat membuat pelajar menjadi lawan
berinteraksi secara dinamis dan kuat
2)
Terdiri dari pengalaman yang actual dan
konkret
3)
Pengalaman
konkret yang dinamis merupakan alat untuk menyusun pengertian, bersiifat sederhana dan pengalaman
itu dapat ditiru untuk diulangi
b.
Fokus
Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih focus
yang memiliki ciri-ciri yang baik,seperti uaraian berikut ini: . Depdagri dan
Dekdikbud,(.1996)
1)
Memobilisasi tujuan
2)
Memberi bentuk dan uniformitas pada
belajar
3)
Mengorganisasikan belajar sebagai suatu
proses eksplorasi dan penemuan focus yang baik harus menimbulkan suatu
pertanyaan yang perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu
c.
Sosialisai
Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian
besar tergantung pada kerangka social tempat belajar itu sangatlah berlaku.
Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses
belajar yang sedang berlangsung di kelas.
d.
Individualisasi
Belajar memang persoalan individual ,
tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan ole individu
lain.
e.
Urutan
Guru harus mempertimbangkan
efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu
atau urutannya.
f.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk
meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang melekat pada proses belajar itu.Evaluasi merupakan bagian mutlak dari
pengajaran sebagai insur integral di dalam organisasi belajar yang wajar.Evaluasi
dapat digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan untuk
mendapatkan gambaran komperhensif tentang siswa sebagai perseorangan,dan dapat
juga membawa siswa pada taraf belajar yang lebih baik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan
“Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat
dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah
adalah sebagai berikut.
1.
Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses
belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5.
Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya
dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif
dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada
hal-hal yang yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap
tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya
proses belajar mengajar.
Tujuan
akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin
diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Akhmad Sudrajat, (2008)
Thomas Gordon (1990:) mengatakan bahwa hubungan guru
dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :
1.
Keterbukaan, sehingga baik guru maupun
siswa saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain.
2.
Tanggap bilamana seseorang tahu dia
dinilai oleh guru lain.
3.
Saling ketergantungan, anatar satu
dengan yang lain.
4.
Kebiasaan, yang memperbolahkan setiap
orang tumbuh dan mengembangkan ke unikannya, kreativitasnya dan kepribadiannya.
5.
Saling memenuhi kebutuhan, sehingga
tidak ada kebutuhan seorangpun yang terpenuhi Suharsini Arikunto,dkk,
(2008),online
Bila begitu konsepsi pengololaan kelas yang efetif,
maka itu berarti tugas yang berat bagi guru adalah berusaha menghilangkan atau
memperkecil permasalahan-permasalahan yang terkait dengan semua problem dengan
pengololaan kelas, seperti kurangnya kesatuan, tidak standar perilaku dalam
bekerja kelompok, reaksi negative terhadap anggota kelompok, moral redah, kelas
mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya dan sebagainya.
Peran seorang guru pada pengololaan
kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah
pokok, yakni pengajaran dan pengololaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama,
yakni pengjarran, segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengololaan berkaitan dengan usaha untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya
tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan
pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengolola kelas.
Indicator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak
sesuai standar atau batas ukuran yang ditentukan.karena itu, pengolaan kelas
merupakan kompotensi guru yang sangat penting dikuasai dalam rangka proses
pembelajaran. Karena itu maka setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam
mengolola kelas.
a. Sesuai
(ekspositori, inkuiri, eksperimen, atau discovery) melalui pemanfaatan
sumber-sumber belajar dan fasilitas belajar yang tersedia.
b. Memotivasi
kegiatan belajar peserta didik melalui penguatan, penjelasan, penghargaan,
ataupun apresiasi terhadap perilaku belajar peserta didik.
c. Melakukan
penyesuaian-penyesuaian kegiatan belajar peserta didik berdasarkan analisis
aktual kondisi proses pembelajaran yang terjadi, agar kegiatan pembelajaran
lebih menyenangkan peserta didik.Suharsini Arikunto,
E. MENANGANI
PRILAKU YANG MENYIMPANG DENGAN BERBAGAI PEBDEKATAN MANAJEMEN KELAS
Pakar
manajemen kelas Carolyn Evertson dan rekannya membedakan antara intervensi
minor dan moderasi dalam menangani perilaku perilaku penyimpangan pada peserta
didik yaitu:
1.
Intensi
Minor
Beberapa
masalah hanya membutuhkan intervensi minor atau kecil. Masalah-masalah yang
kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, murid
mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, bercanda sendiri,
atau memakan permen di kelas. Strategi yang efektif antara lain adalah:
2.
Gunakan isyarat non verbal
Jalin kontak mata dengan murid. Kemudian beri isyarat dengan meletakkan
telunjuk jari di bibir anda, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan
untuk menghentikan perilaku tersebut.
3.
Terus lanjutkan aktifitas belajar
Biasanya terjadi suatu jeda dalam transisi aktifitas dalam kegiatan
belajar mengajar, dimana pada jeda tersebut murid tidak melakukan apa-apa. Pada
situasi ini, murid mungkin akan meninggalkan tempat duduknya, mengobrol,
bercanda dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengkoreksi tindakan
mereka tetapi segera melangsungkan aktifitas baru berikutnya.
4.
Arahkan
perilaku
Jika murid mengabaikan tugas yang kita perintahkan, ingatkan mereka tentang
kewajiban itu. Anda bisa berkata, “Baiklah, ingat, semua anak harus
menyelesaikan soal matematika ini.”
5.
Beri instruksi yang dibutuhkan
Terkadang siswa melakukan kesalahan kecil saat tidak memahami cara
mengerjakan tugas. Untuk mengatasinya anda harus memantau murid dan memberi
petunjuk jika dibutuhkan.
6.
Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan
langsung
Jalin kotak mata dengan murid, bersikap
asertif, dan suruh murid menghentikan
tindakannya. Buat pernyataan, singkat dan pantau situasi sampai murid patuh.
Strategi ini bisa dilakukan dengan mengkombinasikan strategi mengarahkan
perilaku murid.
7. Beri murid pilihan
Berilah
murid tanggung jawab dengan memilih dua pilihan, bertindak benar atau menerima
konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan benar itu dan apa konsekuensi
bila melanggar.
8. Jangan beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan
Bila anda memperbolehkan murid untuk
berkeliling kelas atau mengerjakan tugas dengan murid lain dan ia malah
menyalahgunakan privilese yang anda berikan atau mengganggu pekerjaan
temannya, maka anda bisa mencabut privilesenya.
9.
Buat perjanjian behavioral
Buatlah perjanjian yang bisa disepakati oleh
semua murid. Perjanjian ini harus merefleksikan masukan dari kedua belah pihak
yaitu guru dan murid. Jika muncul problem dan murid tetap keras kepala, guru
bisa merujuk pada kesepakatan bersama yang telah dibuat.
10.
Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas
Bila
murid bersenda gurau dan bersikap tidak mengindahkan peringatan, anda bisa
memisahkan ia dari murid disekitarnya ataupun mengeluarkannya dari dalam kelas.
11. Kenakan
hukuman atau sanksi
Menggunakan hukuman sebaiknya tidak melakukan tindakan kekerasan, tetapi biasa
dilakukan dengan memberikan tugas mengerjakan soal atau menulis halaman
tambahan.
V.
RANGKUMAN
Dalam
pelaksanaan pembelajaran di SD ada beberapa pendekatan yang harus digunakan
guru supaya kondisi kelas tetap kondusif, terhindar dari berbagai masalah kelas
yang dapat menganggu pelaksanaan pembelajaran.ada beberapa pendekatan dalam
pelaksanaan manajemen kelas yang sering digunakan guru dalam pembelajaran
yaitu:
1.
Pendekatan individu
2.
Pendekatan Kelompok
Selain
ke dua pendekatan dalam manajemen kelas ada pula beberapa pendekatan yang
sering digunakan antara lain ; pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan
kebebasan, pendekatan resep atau buku masak, pendekatan perubahan tingkah laku,
pendekatan pengajaran, pendekatan sosioemosional, peendekatan elektik,
pendekatan analitik pluralistic, dan pendekatan pnguatan , pengauatan tentang
manajemen kelas dibahas pula tentang pendekatan dalam pengelolaan kelas dimana
kedua istilah tersebut pada dasarnya mengandung pengertian dan tujuan yang
sama. Dan terakhir adalah masalah mengangani prilaku yang menyimpang yang
sering muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, manajemen kelas ataupun
pengelolaan kelas
I.
LEMBAR TUGAS
1.
Diskusikan pendekatan manajemen kelas dalam
pembelajaran dengan kelompoknya
masing-masing
2.
Laporkan hasil analisis anda di atas
3.
Tuliskan hasil laporan anda untuk bahan diskusi kelas
0 komentar:
Posting Komentar